Pagi itu mama membangunkan ku untuk
sarapan bukan untuk sekolah yak arena hari itu adalah hari minggu, perkenalkan
nama ku Gema Aryani, seperti anak yang lainnya yang bangun pagi di sambut
cerahnya matahari dan suara indah burung-burung, namun tidak padaku, aku hanya
dapat mendengar suara indah. Aku hanya dapat melihatnya dari atas tempat
tidurku ini, ginjal ku ini kambuh lagi.
Ketika keadaanku
mulai membaik. “Mama aku ingin pergi ketaman” seperti biasa aku selalu izin
jika ingin pergi keluar rumah, kemana pun itu. “Ya! Hati-hati ya, Nak!” ujar
Mama yang sedikit berteriak dari arah dapur. Sesampainya di taman aku duduk
diam menikmati gemercik suara air mancur yang ada di tengah taman.
Tiba-tiba aku merasa ada perempuan
yang kiranya sebaya denganku duduk di dekat ku “oh mungkin dia hanya ingin
menikmati taman ini seperti layaknya aku” batin ku bergumam. Suara berdenyit
datang dari bangku taman yang sedang ku duduk, ternyata perempuan itu duduk di
bangku taman yang sama dengan ku. Tak lama kemudian aku merasa sangat ringan,
gelap, serta napas yang sesak.
Ketika aku
sadar, aku berada di ruangan yang putih dan ketika aku bernafas aku mendengar
bunyi “sssshhhh”. Pandangan ku masih berbayang, tidak fokus dengan apa yang
kulihat, ternyata ginjal ku semakin memburuk.
Seminggu berlalu…
aku mengahabiskan hari-hariku di
ruangan ini, beserta pensil, buku gambar dan beberapa warna spidol. Entah
bagaimana akhir-akhir ini naluri menggambar yang turun dari ayah yang sudah
cukup lama almarhum ini terus berkembang dan ingin menghasilkan beberapa
karya-karya yang masih bisa di nikmati.
Hari itu telah datang, hari dimna
aku memasuki ruangan yang dingin dan lebih dingin dari biasanya. Mengenakan baju
hijau beserta topinya yang ku anggap seperti topi mandi itu yang sekarang
membalut tubuh ku. “dadah Mama, doakan ya”, hanya kata-kata itu yang mampu
keluar dari bibir ku. Tubuhku lemas.
Satu jam setelah mama menunggu. Doker
pun keluar “semoga yang di tinggalkan di beri ketabahan”. Mama hanya bisa
menggambarkan perih itu dengan tangisan, ternyata aku terlalu lemah untuk
menjalani operasi itu.
Seminggu setelah kepergiannya, ada
seseorang wanita muda yang kurang lebih umurnya sebaya dengan Gema, mendatangi
kediaman Gema Aryani di daerah Jakarta Utara. Ibu Gema pun membukakan pintu
sentak Ibu Gema pun kaget dan terperangah sejenak “tunggu nampaknya aku seperti
pernah melihat mu, Nak!” sedikit berlari Ibu Gema pun masuk, dan wanita itu pun
menunggu beberapa saat.
Ibu Gema pun kembali dengan buku
gambar Gema di tanggannya “beberapa saat sebelum Gema meninggal ia menggambar
ini….”. Ibu Gema mulai menahan beberapa airmata yang mulai keluar, “boleh kah
saya masuk ke kamar Gema?” Tanya wanita itu. Ketika sampai di kamar Gema wanita
itu melihat foto gema yang masih ceria tergambar dari senyum manisnya itu. “ginjal
ku abadi bersamanya….”.
Salam,
Exa;;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar