Pages

Senin, 17 September 2012

Wanita yang duduk itu......

it was my cerpen, i made it because the homework is make a cerpen, and know let i share it to you;-) hope you enjoying this.




Pagi itu mama membangunkan ku untuk sarapan bukan untuk sekolah yak arena hari itu adalah hari minggu, perkenalkan nama ku Gema Aryani, seperti anak yang lainnya yang bangun pagi di sambut cerahnya matahari dan suara indah burung-burung, namun tidak padaku, aku hanya dapat mendengar suara indah. Aku hanya dapat melihatnya dari atas tempat tidurku ini, ginjal ku ini kambuh lagi.

                Ketika keadaanku mulai membaik. “Mama aku ingin pergi ketaman” seperti biasa aku selalu izin jika ingin pergi keluar rumah, kemana pun itu. “Ya! Hati-hati ya, Nak!” ujar Mama yang sedikit berteriak dari arah dapur. Sesampainya di taman aku duduk diam menikmati gemercik suara air mancur yang ada di tengah taman.
Tiba-tiba aku merasa ada perempuan yang kiranya sebaya denganku duduk di dekat ku “oh mungkin dia hanya ingin menikmati taman ini seperti layaknya aku” batin ku bergumam. Suara berdenyit datang dari bangku taman yang sedang ku duduk, ternyata perempuan itu duduk di bangku taman yang sama dengan ku. Tak lama kemudian aku merasa sangat ringan, gelap, serta napas yang sesak.
                Ketika aku sadar, aku berada di ruangan yang putih dan ketika aku bernafas aku mendengar bunyi “sssshhhh”. Pandangan ku masih berbayang, tidak fokus dengan apa yang kulihat, ternyata ginjal ku semakin memburuk.
Seminggu berlalu…
aku mengahabiskan hari-hariku di ruangan ini, beserta pensil, buku gambar dan beberapa warna spidol. Entah bagaimana akhir-akhir ini naluri menggambar yang turun dari ayah yang sudah cukup lama almarhum ini terus berkembang dan ingin menghasilkan beberapa karya-karya yang masih bisa di nikmati.
Hari itu telah datang, hari dimna aku memasuki ruangan yang dingin dan lebih dingin dari biasanya. Mengenakan baju hijau beserta topinya yang ku anggap seperti topi mandi itu yang sekarang membalut tubuh ku. “dadah Mama, doakan ya”, hanya kata-kata itu yang mampu keluar dari bibir ku. Tubuhku lemas.
Satu jam setelah mama menunggu. Doker pun keluar “semoga yang di tinggalkan di beri ketabahan”. Mama hanya bisa menggambarkan perih itu dengan tangisan, ternyata aku terlalu lemah untuk menjalani operasi itu.
Seminggu setelah kepergiannya, ada seseorang wanita muda yang kurang lebih umurnya sebaya dengan Gema, mendatangi kediaman Gema Aryani di daerah Jakarta Utara. Ibu Gema pun membukakan pintu sentak Ibu Gema pun kaget dan terperangah sejenak “tunggu nampaknya aku seperti pernah melihat mu, Nak!” sedikit berlari Ibu Gema pun masuk, dan wanita itu pun menunggu beberapa saat.
Ibu Gema pun kembali dengan buku gambar Gema di tanggannya “beberapa saat sebelum Gema meninggal ia menggambar ini….”. Ibu Gema mulai menahan beberapa airmata yang mulai keluar, “boleh kah saya masuk ke kamar Gema?” Tanya wanita itu. Ketika sampai di kamar Gema wanita itu melihat foto gema yang masih ceria tergambar dari senyum manisnya itu. “ginjal ku abadi bersamanya….”.



Salam, 



Exa;;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menu